RAKYAT NEWS, MAROS – Ratusan personel gabungan telah dikerahkan untuk membantu petani di dua kecamatan di Maros dalam melawan serangan burung pipit pada hari Senin (16/1/2022).

Bupati Maros, Chaidir Syam menyatakan bahwa tindakan ini diambil setelah petani melaporkan serangan burung pipit di area persawahan yang hampir masuk masa panen.

“Ini merupakan langkah pemerintah daerah untuk membantu petani yang terdampak serangan burung pipit di dua kecamatan, yakni Turikale dan yang parah di Bantimurung dimana,” tuturnya.

Selama 2 minggu terakhir, sekitar 90 hektar sawah petani telah diserang oleh burung pipit.

“Dari sekitar 90 hekare yang terdampak, ada sekitar 50 hektare yang bahkan gagal panen,” ungkapnya.

Chaidir menyebutkan ada 650 personel gabungan yang turun tangan untuk membantu petani memasang jaring di area persawahan.

“Kita turunkan personel Satpol PP 500 orang, BPBD 100 orang dan pilar sosial tagana 50 orang. Personel gabungan ini kita turunkan untuk membantu petani memasang jaring di area persawahan yang masih bisa diselamatkan,” ucapnya.

Pemasangan jaring ini diharapkan dapat mengurangi serangan burung pipit sehingga persawahan bisa terhindar dari kerusakan lebih lanjut.

“Jaring yang diberikan berjumlah 60 buah. Ukurannya 3 kali meter kali 60 meter dan dipasang di sawah yang masih produktif,” katanya.

Menurut Chaidir, serangan burung pipit diduga terjadi karena jadwal tanam yang tidak seragam sehingga burung pipit berkumpul di area-area yang hampir panen.

“Mungkin kondisi pola tanam yang tidak serentak dan penggunaan bibit varietas padi yang banyak diuji coba, dan rupanya berdampak buruk. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi,” tambahnya.

Akibat serangan burung pipit ini, sebagian besar petani mengalami kerugian karena harus panen lebih awal yang mengakibatkan kualitas gabah menjadi tidak maksimal.

“1 hektare bisa sampai 8-10 ton. Jika kita pasang jaring ini dengan cepat kita bisa selamatkan sekitar 70-80 persen jadi bisa kita selamatkan sekitar 30-30 persen. Sekarang kerugian petani sekitar 210 ton, dikalikan harga gabah 4000/kg, itu bisa sampai 2.8 M,” tutupnya.

Salah satu petani yang terdampak, Jufri, mengungkapkan bahwa dia hanya bisa mengumpulkan 20 karung gabah dari 3 hektar sawahnya yang biasanya menghasilkan 400 karung gabah.

“Petani terpaksa memanen padi meski masih muda. Memang jumlah panennya menyusut, dari yang sebelumnya kita bisa memanen sampai 400 karung, sekarang sisa 20 karung saja,” tururnya.

Dengan kondisi padi yang dipanen muda, dirinya pun khawatir, pedagang tak akan mau membeli.

“Kami pun ragu pedagang mau membeli karena kondisi padinya diambil saat masih muda yang tentunya kualitasnya akan berbeda dengan padi yang dipanen tepat waktu. Kalau dihitung-hitung kerugian saya sendiri sampai Rp 35 juta,” tutupnya.